Senin, 22 September 2008

Salam Kemanusiaan

Maaf baru bisa posting alnya sibuk persiapan pelantikan pengurus baru .
Foto-fotonya akan menyusul karena masih ada permasalahan teknis
Selain pelantikan pengurus ada agenda besar yang baru saja kami lakukan yaitu lomba PMR Wira se- Bali yang diselenggarakan Undiksha Singaraja pada 20 September lalu .
Sekian yang saya sampaikan terima kasih .

Salam Kemanusiaan

Senin, 11 Agustus 2008

7 PRINSIP

Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberi pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka di dalam pertempuran, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia

Kesamaan
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan medahulukan keadaan yang paling parah.



Kenetralan
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau ideologi.



Kemandirian
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan nasional disamping membantu Pemerintahnya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan ini.



Kesukarelaan
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apa pun



Kesatuan
Di dalam suatu negara hanya ada satu perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.



Kesemestaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia.

MARS PMR

Bhakti PMR

Palang Merah Remaja Indonesia warga Palang Merah sedunia
Berjuang berbakti penuh kasih sayang untuk rakyat semua
Bekerja dengan rela tulus ikhlas untuk yang tertimpa sengsara
Puji dan puja tidak dikejar… mengabdi tuk sesama…

Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia luhur budinya
Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
Abdi rakyat sedunia mulya citanya

MARS PMI

Mars PMI

Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak juangnya keselu ruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuanPMI
Di Persada Bunda Pertiwi

Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkanjasa

Kamis, 07 Agustus 2008

Sariawan

Orang yang mudah stres ,sariawan bisa menjadi penyakit langganan. Selain stres, faktor pemicu sariawan lainnya adalah kekurangan vitamin (terutama vitamin C), daya tahan tubuh rendah, dan cidera selaput lendir mulut.
Resep 1:
10 Kuntum bunga belimbing wuluh, asam jawa, gula aren direbus dengan 3 gelas air sampai airnya tinggal 3/4, saring, minum 2 kali sehari.
Resep2:
1-2 buah delima segar diambil bijinya, tumbuk hingga hancur. Rendam selama 2 hari, gunakan airnya untuk berkumur.
Resep3:
Segenggam daun jambu biji dan 1 jari kulit batangnya dicuci, rebus dengan seliter air, saring. Dinginkan, lalu minum sekaligus.

Gigitan ular berbisa

Resep 1:
5 jari akar pepaya, cuci, tumbuk sampai halus, tempelkan pada bagian yang terkena balut, ganti 2 kali sejari.
Resep 2:
Biji dadap ayam digiling halus, dikompreskan pada luka.
Resep 3:
Tumbuk 1 ibu jari rimpang jahe yang sudah dicuci, tambah sedikit garam, tempelkan pada luka bekas gigitan ular dan segera bawa ke dokter
Resep 4:
Petiklah beberapa helai daun pule segar. Lumat atau tumbuk, hasil lumatan tempelkan pada bagian tubuh yang sakit

Keracunan

Resep 1:
Bawang putih beberapa siung
Biji jinten 1 sendok
Madu murni secukupnya

Cara :
Bawang putih diparut, untuk diambil airnya sehingga mendapat 2 sendok makan. Jinten ditumbuk halus. Ketiganya lalu dicampur jadi satu, diaduk rata.

Resep 2:
Minumlah air kelapa hijau sebanyak-banyaknya. Minum perasan air kunyit yang dicampur kuning telur ayam kampung. Minumkan kepada penderita sekali habis.

Hidung Berdarah


Ambil daun sirih, jangan yang terlalu tua, disobek jadi dua lalu digulungg. Masukkan gulungan daun sirih tersebut ke dalam hidung yang mengeluarkan darah. Dengan cara ini darah segera berhenti mengalir.

Penilaian

Penilaian

Pada pertolongan pertama hal yang sangat vital dan wajib dimiliki oleh setiap penolong adalah penilaian. Dalam penilaian terhadap korban terdapat langkah-langkah berikut :
1. Penilaian Keadaan;
2. Penilaian Dini;
3. Pemeriksaan Fisik;
4. Riwayat Penderita;
5. Pemeriksaan Berkala atau Lanjutan;
6. Pelaporan

Yuk kita mulai telusuri topiknya satu persatu!



Penilaian Keadaan
Hal pertama yang dilakukan ketika melakukan adalah penilaian keadaan. Terdapat 3 pertanyaan umum yang dapat menunjang penilaian keadaan.
1. Bagaimana kondisi saat itu?
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi?
3. Bagaimana mengatasinya?

Secara umum tugas penolong saat tiba dilokasi adalah sebagai berikut:
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang disekitarnya. Ingat! Amankan diri sendiri terlebih dahulu!!! Keselamatan penolong nomor 1.
2. Penolong memperkenalkan diri(nama, nama organisasi dan minta izin).
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan/cedera yang mengancam jiwa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.

Penilaian Dini
Setelah melakukan penilaian keadaan, saatnya melakukan penilaian dini. Ada 6 langkah penilaian dini. Kesan umum, memerika respon, A,B,C, dan hubungi bantuan.

a. Kesan Umum
Pada langkah ini, penolong harus menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah kasus trauma atau kasus medis.
Kasus trauma adalah kasus yang disebabkan ruda paksa, mempunyai tanda yang jelas terlihat dan atau teraba.
Kasus medis adalah kasus yang diderta seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa.

b. Memeriksa Respon
Respon seorang penderita adalah suatu cara sederhana untuk mendapatkan gambaran berat ringannya gangguan yang terjadi dalam otak. Respon penderita dibagi 4 tingkat, yaitu ASNT. Awas(A), Suara(S), Nyeri(N), Tidak respon(T)

Pada tingkat awas, penderita masih dapat menyahut dan berinteraksi.
Di tingkat suara, penderita masih merespon dengan suara yang ada.
Di tingkat nyeri, dapat dilakukan dengan mengecek apakah penderita masih merespon dengan tekanan ataupun tes lainnya dari penolong. Misalnya dengan mencubit korban.

Tingkat tidak respon ketika korban tidak sadar.

c. A (Airway); memastikan jalan nafas
1) Pasien merespon dengan respon baik
Memestikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya gangguan suara atau gangguan berbicara atau tambahan suara. Dan nilai juga apakah penderita mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus. Penolong bisa melakukan tes dengan meminta korban agar menyebutkan namanya.
2) Pasien yang tidak respon
Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas terbuka. Bila tidak ada kecurigaan cedera spinal (tulang belakang), gunakan teknik ADTD (angkat dagu – tekan dahi). Sebaliknya apabila ada kecurigaan cedera spinal gunakan teknik perasat pendorong rahang bawah

d. B (Breathing); menilai pernafasan
Menilai pernafasan berbeda dengan memastikan jalan nafas. Menilai pernafasan merupakan penilaian memperhatikan tempo dan rata-rata nafas yang dapat dilakukan oleh penderita. Pemeriksaan ada tidaknya nafas dengan cara Lihat, Dengar dan Rasakan (LDR) dilakukan selama 3-5 detik.

e. C (Circulation); menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan berat
1) Penderita Respon
Periksa nadi RADIAL (Pergelangan tangan), sedang untuk bayi periksa nadi BRAKIAL (bagian dalam lengan atas).
2) Penderita Tidak Respon
Periksa nadi KAROTIS (leher) kecuali bayi tetap periksa nadi Brakial. Ada tidaknya nadi diperiksa dalam waktu 5-10 detik. Bila tidak ada segera lakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

f. Hubungi Bantuan

Catatan : Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan ke PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN FISIK
Setelah melakukan penilaian dini, maka penanganan cedera yang dianggap berbahaya harus segera dilakukan.
Penilaian terarah bertujuan agar penolong dapat melakukan penatalaksanaan yang terbaik sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Hal ini penting untuk menunjukkan sikap profesional penolong bahwa penolong segera melakukan tindakan pertolongan secepatnya berorientasikan masalah yang dihadapi.
Prinsip pemeriksaan fisik menyeluruh penderita:
a. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh penderita. Tujuannya untuk menemukan berbagai tanda.
b. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematiks dan berurutan, biasanya dari ujung kepala sampai ujung kaki, namun dapat berubah sesuai dengan kondisi penderita.

Tindakan ini melibatkan panca indra kita, yaitu :
a. Penglihatan (inspeksi);
b. Perabaan (palpasi);
c. Pendengaran (auskultasi);

Pada penderita cedera, harus dicari adanya P.L.N.B yang merupakan singkatan dari:
Perubahan bentuk (P)
Luka Terbuka (L)
Nyeri Tekan (N)
Bengkak (B)

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan teliti. Berikut bagian-bagian yang harus diperiksa tersebut:
1. Kepala
Kulit kepala dan tulang tengkorak, termasuk tulang-tulang bawah. Telinga dan Hidung. Pada bagian Mata ada hal-hal penting lagi yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Manik mata(pupil), kamu bisa memeriksanya dengan menggunakan senter kecil;
b. Gerakan bola mata;
c. Kelopak mata;
d. Bagian putih mata;
e. Bagaimana refleksnya, misalnya dengan mengibas-ngibaskan tangan.
Catatan : JANGAN BERUSAHA MENGELUARKAN KOTORAN YANG MENEMPEL DI BAGIAN HITAM MATA.

TANDA VITAL

Beberapa peralatan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan tanda vital, yaitu :
1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas;
2. Senter kecil;
3. Stetoskop;
4. Sfigmomanometer;
5. Termometer;
6. Alat tulis untuk mencatat.

Parameter yang dikelompokkan dalam tanda vital adalah:
1. Denyut nadi normal
Bayi : 120 – 150 x/menit
Anak : 80 – 150 x/menit
Dewasa : 60 – 90 x/menit
2. Frekuensi pernafasan normal
Bayi : 20 – 50 x/menit
Anak : 15 – 30 x/menit
Dewasa : 12 – 20 x/menit
3. Suhu tubuh normal
37°C
4. Tekanan Darah Normal (dewasa)
Sistonik : 100-140 mmHg
Diastonik : 60-90 mmHg
5. Kulit

Pemeriksaan Denyut Nadi
1. Leher (KAROTIS);
2. Lengan atas (BRAKIALIS), umumnya pada bayi;
3. Lengan bawah (RADIALIS);
4. Lipat paha (FEMORALIS)

Pemeriksaan Pernafasan
Saat menghitung frekuensi pernafasan pada penderita respons jangan biarkan ia mengetahuinya. Satu pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali mengeluarkan nafas.

Beberapa gejala dan tanda gangguan pernafasan:
1. Berusaha menghirup nafas;
2. Pernafasan yang terlalu cepat, lambat, dalam atau dangkal;
3. Bunyi nafas tambahan;
4. Kulit lembab berlebihan dan kemerahan kemudian jadi pucat atau kebiruan;
5. Sulit berbicara;
6. Pusing;
7. Nyeri dada, rasa kesemutan pada tangan dan kaki;
8. Perubahan status mental (cemas, gelisah sampai tidak respons).

Pemeriksaan Suhu Tubuh
Dilakukan dengan perabaan menggunakan punggung tangan pada bagian tubuh yang terbuka (dahi, leher)

Warna kulit juga harus dinilai, yaitu:
Pucat – dapat terjadi akibat gangguan peredaran darah;
Kemerahan – tekanan darah tinggi, keracunan alkohol, luka bakar, demam, penyakit infeksi;
Kebiruan (sianosis) – kurangnya oksigen dalam darah;
Kekuningan – sering merupakan tanda gangguan hati;
Biru kehitaman – tanda pendarahan bawah kulit.

Pada penderita yang berkulit relatif gelap, maka perubahan dapat dilihat pada bibir, bawah kuku, telapak tangan, bagian putih mata, bagian dalam kelopak mata bawah, gusi dan lidah.

Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan Darah adalah besarnya tekanan yang diterima dinding pembuluh nadi pada saat darah dipompa melalui pembuluh darah
Tekanan SISTOLIK adalah tekanan yang diukur pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi
Tekanan DISTOLIK adalah tekanan pada saat jantung sedang tidak memompa darah atau dengan kata lain tekanan diantara dua denyut jantung

RIWAYAT PENDERITA
Untuk mempermudah pembuatan Riwayat Penderita dikenal istilah KOMPAK :
K = Keluhan utama (gejala dan tanda);
O = Obat-obatan yang diminum;
M = Makanan/minuman terakhir;
P = Penyakit yang diderita;
A = Alergi yang dialami;
K = Kejadian.

Catatan : Penolong tidak membuat diagnosa, tetapi dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil temuannya

PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUTAN
Secara umum pemeriksaan berkala harus dinilai kembali:
a. Keadaan respons;
b. Nilai kembali jalan nafas dan perbaiki bila perlu;
c. Nilai kembali pernafasan, frekuensi dan kualitasnya;
d. Periksa kembali nadi dan bila perlu lakukan secara rinci bila ada waktu;
e. Nilai kembali keadaan kulit;
f. Periksa kembali secara seksama mungkin ada yang terlewati;
g. Nilai kembali penatalaksanaan (pembalutan, pembidaian);
h. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.

Bila penderita stabil dan keadannya cukup parah, maka penilaian dilakukan setiap 5 menit sekali. Bila penderita tenang dan stabil, maka pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit sekali.

PELAPORAN
Dalam pelaporan sebaiknya dicantumkan :
1. Umur dan jenis kelamin penderita;
2. Keluhan utama;
3. Tingkat respons;
4. Keadaan jalan nafas;
5. Pernafasan
6. Sirkulasi;
7. Pemeriksaan fisik yang penting;
8. KOMPAK yang penting;
9. Penatalasanaan;
10. Pekembangan yng dianggap penting.

Alat PP

Dalam melakukan tindakan PP (Pertolongan Pertama) umumnya diperlukan alat-alat untuk membantu kinerja pertolongan. Alat-alat itu dibagi dalam dua kriteria, Alat Pelindung Diri (APD), dan Peralatan Pertolongan Pertama.
Catatan : Alat-alat ini digunakan seusahanya ada. Bila dalam keadaan mendesak dan alat-alat yang disebutkan tidak ada, penolong tidak usah membuang waktu dengan mencari alat tersebut.
Berikut daftar alat-alat PP tersebut:

a. Alat Pelindung Diri (APD)
APD berfungsi untuk mencegah penolong dari tertular penyakit dan untuk mencegah penolong mengalami luka dalam melakukan tugasnya.
Beberapa macam APD, yaitu:
1) Sarung tangan Lateks (1 kotaknya Rp 35.000. isi 100 buah sarung tangan)
2) Kacamata pelindung
3) Baju pelindung
4) Masker penolong
5) Masker resusitasi
6) Helm

b. Peralatan Pertolongan Pertama
1) Penutup Luka, seperti : kasa steril dan bantalan kasa
2) Pembalut, seperti : Pembalut gulung, Pembalut segitiga/mitela, Pembalut tubuler/tabung, pembalut rekat/plester
3) Cairan Anti Septik, seperti : Alkohol 70% dan Povidone Iodine 10%
4) Cairan Pencuci Mata, seperti : Boorwater;
5) Peralatan Stabilisasi, seperti : bidai, dll
6) Gunting pembalut
7) Pinset
8) Senter
9) Kapas;
10) Selimut
11) Kartu penderita
12) Alat tulis
13) Oksigen
14) Tensimeter (sphygmomamonometer)
15) Stetoskop
16) Tandu.

Posisi Miring Stabil / posisi pemulihan


Pada korban yang telah dilakukan pertolongan pertama dan hilang kesadaran tapi masih bernafas, posisikan dia dalam posisi pemilihan. Posisi ini menjaga agar tubuh tetap stabil, dengan kepala dan tulang belakang segaris, dan mencegahnya tersedak oleh lidah atau muntahan. Ini juga akan membat saluran nafas tetap terbuka dan bersih. Teknik ini sama untuk anak di atas 1 tahun juga orang dewasa. Jika korban ditemukan terbaring miring, Kamu bisa mengadopsi teknik ini. Teknik ini juga berguna untuk korban yang telah mengalami kejang.


Dewasa dan anak diatas 1 tahun
1. Berlutut di samping korban. Buka kaca mata atau objek yang besar seperti ponsel atau kunci dari kantongnya.
2. Jika korban berbaring di atas punggungnya, taruh lengan terdekat dengan Anda bersudut 90 derajat dengan badannya, dengan siku tertekuk dan telapak tangan menghadap ke atas. Bawa lengan terjauh melintas dada dan tempelkan ke pipinya. Pegang paha terjauh dari Kamu dan tarik hingga korban berguling ke arahmu dan berbaring di sisi tubuhnya.

3. Saat korban berbaring di sisi tubuh, atur kaki atas hingga pinggul dan lutut menekuk 90 derajat. Tengadahkan sedikit kepala agar saluran nafas terbuka, dan atur tangan di bawah pipi sampai mendukung posisi ini.

Bayi
Untuk bayi tak sadar tapi masih bernafas di atas, buka saluran nafas, kemudian ikuti langkah di atas untuk memposisikan dia dalam posisi pemulihan.

Untuk bayi tak sadar tapi masih bernafas di bawah 1 tahun, buka saluran nafas dan gendong dia dengan kepala ke bawah. Posisi ini akan membuat saluran nafas tetap terbuka dan membuat cairan mengalir keluar dari mulut

Sejarah Palang Merah

Palang merah dan bulat sabit merah telah mengabdikan diri untuk melayani dalam rangka kemanusiaan lebih dari seabad yang lalu, memberikan perlindungan bagi siapa saja yang terkungkung dalam konflik dan bagi siapa saja yang menolong mereka. Pada bulan Desember 2005, sebuah lambang tambahan – kristal merah – telah terbentuk berdampingan dengan palang merah dan bulan sabit merah. Dokumen di bawah akan menjelaskan sejarah dari lambang-lambang tersebut.




1859
Pada awal abad ke 19, lambang digunakan untuk mengidentifikasi tentara yang bergerak di bidang medis dan berbeda-beda sesuai dengan negara mereka. Lambang-lambang tersebut tidak diketahui secara umum, dan sangat jarang dihargai dan tidak bernama untuk segala bentuk perlindungan yang sah.
Di dua setengah abad ke 19, pengembangan yang begitu pesat pada teknologi senjata api memimpin pertambahan angka kematian dan luka seiring perang secara dramatis.
Pada 24 Juni 1859, Perang Penggabungan Italia makin parah. Henry Dunant, seorang warga negara Swiss, sedang dalam perjalanan menuju kota Solverino. Disana, dia menjadi saksi mata kesengsaraan lebih dari 45.000 tentara terlantar, mati atau terluka, di medan perang.
Kembali ke Jenewa, Henry Dunant mulai menulis sebuah buku yang menawarkan perkembangan drastis untuk memberikan pertolongan kepada korban perang.


1862
Pada tahun 1862, “A Memory of Solverino” diterbitkan. Buku tersebut mengemukakan dua usulan :
a. untuk menciptakan masa damai dan di setiap negara dibentuk kelompok sukarelawan untuk merawat korban pada masa perang
b. agar negara-negara menyetujui melindungi sukarelawan pertolongan pertama dan orang-orang yang terluka di medan perang.
Usulan yang pertama adalah asal-usul Lembaga Nasional yang sekarang dikenal di 183 negara; dan yang kedua adalah asal-usul dari Konvensi Jenewa sekarang yang ditandatangani 192 negara.


1863
Pada tanggal 17 Februari 1863, sebuah komite lima-anggota, yang nantinya disebut International Commitee of the Red Cross (ICRC), berembuk untuk mempelajari usulan Henry Dunant.
Salah satu objektivitas digunakan untuk mengambil sebuah lambang khusus dan disokong oleh hukum untuk mengindikasikan rasa hormat kepada tentara yang bergerak di bidang medis, para sukarelawan dengan lembaga pertolongan pertama dan korban dari konflik bersenjata.
Lambang tersebut harus sederhana, teridentifikasi dari jauh, dan diketahui setiap orang serta identik untuk teman bahkan lawan. Lambang tersebut harus sama untuk setiap orang dan dikenal secara universal
Pada tanggal 26 Oktober 1863, Konferensi Internasional pertama diadakan. Termasuk didalamnya delegasi dari 14 negara.
Sebagai penyimpulan dari 10 resolusi, yang menetapkan pendirian dari organisasi pertolongan untuk tentara yang terluka – di masa depan dikenal dengan Palang Merah, kemudian Lembaga Bulan Sabit Merah – juga diadopsi dari lambang palang merah dengan warna dasar putih sebagai keseragaman lambang yang jelas.
1864
Pada bulan Agustus 1864, Konfrensi Diplomatik, melakukan rapat untuk keperluan perubahan resolusi yang diadopsi tahun 1863 sebagai aturan perjanjian, diadopsi dari Konvensi Jenewa Pertama.
Hukum perikemanusiaan internasional telah lahir
Konvensi Jenewa Pertama mengakui palang merah dengan latar putih sebagai sebuah lambang khusus.
Semenjak lambang merefleksikan kenetralan paramedis tentara dan perlindungan diberikan kepada mereka, lambang tersebut dibentuk dengan membalikkan warna bendera Swiss.
Negara Swiss secara permanen memiliki status netral untuk beberapa tahun, dan telah dikonfirmasikan oleh Treaties of Vienna dan Paris tahun 1815. Lebih lanjut bendera putih melambangkan pernegosiasian atau menyerah; melakukan tembakan kepada siapapun yang mengibarkan bendera ini sangat tidak dapat diterima.
Lambang tersebut juga menjadi sangat mudah untuk diproduksi dan dikenal karena memiliki warna yang kontras.


1876-1878
Selagi perang antara Rusia dan Turki berlangsung, Kekaisaran Ottoman mendeklarasikan akan menggunakan lambang bulan sabit merah dengan latara belakang putih di tempat yang sama dengan palang merah. Tetap menghargai lambang palang merah, Ottoman meyakini bahwa palang merah, secara alami, bertentangan dengan tentara Muslim. Bulan sabit merah akhirnya sementara itu diterima untuk digunakan pada konflik itu.
1929
Setelah Perang Dunia Pertama, Konferensi Diplomatik pada tahun 1929 dipanggil untuk meninjau kembali Konvensi Jenewa. Delegasi Turki, Persia dan Mesir meminta agar bulan sabit merah dan singa matahari merah diakui. Setelah diskusi berkepanjangan, Konferensi tersebut diterima dan diakui sebagai lambang khusus sebagai tambahan dari palang merah; namun untuk menghindari perkembangan lambang yang terlalu banyak, lambang-lambang tersebut hanya berhak digunakan terbatas pada tiga negara yang telah menggunakannya
Tiga lambang tersebut menikmati status setara dibawah naungan Konvensi Jenewa.
Sekarang, 151 Lembaga Nasional menggunakan palang merah dan 32 menggunakan bulan sabit merah.
1949
Konferensi Diplomatik diadakan kembali pada tanggal 1949 untuk menata kembali Konvensi Jenewa akibat Perang Dunia Kedua melahirkan tiga proposal yang memerlukan solusi dan jawaban tentang lambang:
1. Permintaan Belanda untuk memiliki simbol tersendiri;
2. Permintaan agar hanya menggunakan simbol palang merah
3. Prmintaan dari Israel untuk pengenalan lambang baru, perisai merah dari David yang digunakan sebagai lambang khusus bagi tentara medis Israel;
Ketiga proposal tersebut ditolak.
Konferensi mengekspresikan perlawanannya terhadap perkembangbiakan lambang perlindungan. Palang merah, bulan sabit merah dan singa matahari merah tetap dinyatakan sebagai lambang yang diakui.
1980
Republik Islam Iran mendeklarasikan bahwa mereka melepaskan lambang singa matahari merah dan akan menggunakan lambang bulan sabit merah sebagai lambang khusus mereka. Bagaimanapun juga, lambang singa dan matahari merah tetap diakui.
1992
Debat tentang lambang terus berlanjut setelah ketetapan 1949. Sejumlah negara dan lembaga pertolongan mereka tetap menginginkan untuk menggunakan lambang nasional, atau kedua lambang palang dan bulan sabit bersamaan. Pada tahun 1990-an, terdapat pula kekhawatiran terhadap rasa hormat untuk kenetralan palang merah dan bulan sabit merah dalam konflik yang sangat sulit. Pada tahun 1992, pimpinan ICRC berbicara didepan umum tetang pembentukan lambang tambahan sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.


1999
Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah tahun 1999 mengesahkan permintaan agar permintaan grup dari Negara dan Lembaga Nasional tentang lambang perlu dibentuk untuk menemukan solusi yang lebih luas dan dapat bertahan lama diterima untuk semua kelompok dalam istilah hakekat dan prosedur.

2000
Grup Kerja menyadari bahwa kebanyakan Negara dan Lembaga Nasional meletakkan emblem palang merah dan bulan sabit merah berdempetan. Demikianlah, cara yang hanya dapat digunakan untuk secara luas diterima untuk mengadopsi tiga emblem tambahan, tanpa sama sekali tidak berkonotasi terhadap pihak nasional, politik, maupun keagamaan manapun.
Desain lambang baru harus dibolehkan kepada Lembaga Negara yang menggunakannya dengan:
a. Menyelipkan logo palang atau bulan sabit
b. Menyelipkan logo palang dan bulan sabit bersisian atau bersebelahan
c. Menyelipkan lambang lain yang digunakan dan telah dikomunikasikan kepada negara yang dinaungi Konvensi Jenewa dan ICRC.
2005
Pada bulan Desember 2005 selagi Konferensi Diplomatik di Jenewa, Negara-negara mengadopsi Protokol III kepada Konvensi Jenewa, membentuk sebuah lambang tambahan bersisian dengan lambang palang merah dan bulan sabit merah. Lambang baru tersebut – dikenal dengan nama kristal merah – memecahkan masalah tentang isu-isu tentang Pergerakan yang terselubung selama beberapa tahun, termasuk:
1. Kemungkinan negara-negara yang enggan menggunakan palang merah dan bulan sabit merah untuk mengikuti Pergerakan sebagai anggota penuh dengan menggunakan kristal merah
2. Kemungkinan penggunaan palang merah dan bulan sabit merah bersamaan.

2006
Juni 2006, Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan bertemu di Jenewa untuk memberikan amandemen kepada undang-undang kepada Pergerakan untuk mengikuti laporan pengolahan lambang yang baru.

Minggu, 03 Agustus 2008

Hi PMR SMANSA blog sekarang sudah di make over
mohon kritik dan sarannya
semoga Blog PMR SMANSA yang baru berkenan di hati kalian semua

LOL WIRA